Minggu, 21 Februari 2010
Cinta tak harus memiliki
Ciri - ciri karya sastra
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.
Tabel berikut ini menjelaskan perbedaan antara roman, novel, dan cerpen.
No Unsur Roman Novel Cerpen
1 Alur Kompleks Kompleks Sederhana
2 Konflik Mengubah nasib tokoh secara tragis Mengubah nasib tokoh Tidak mengubah nasib tokoh
3 Panjang cerita Menceritakan kehidupan tokoh secara mendetail sejak lahir sampai dewasa atau meninggal dunia Menceritakan sebagian besar kehidupan tokoh Menceritakan kehidupan tokoh yang dianggap penting
4 Penokohan Karakter tokoh disampaikan secara lebih mendetail Karakter tokoh disampaikan secara mendetail. Karakter tokoh tidak mendetail.
The Legend of Brebes
Laksito adalah seorang pemuda tampan dan berbadan tegap. Dia bekerja sebagai tukang pelihara kuda milik Bupati Brebes. Kanjeng Bupati suka akan hasil kerja Laksito yang rajin dan selalu bersih.
Pada suatu pagi yang cerah, seperti biasa Laksito pergi ke sawah untuk mencari rumput.
“Bi…nyong ning sawah ndisit! (Bi…saya ke sawah dulu!)”. Teriak Laksito berpamitan pada bi Ojah, tukang masak Kanjeng Bupati.
“Ya cah bagus, ati-ati yah…(Ya anak ganteng, hati-hati yah…)”. Jawab Bibi sambil melakukan sesuatu di dapur tanpa menoleh ke Laksito.
Sambil membawa arit dan karung, Laksito berjalan menyusuri pematang-pematang sawah mencari rumput-rumput yang lebat dan hijau. Setelah sampai disebuah tanah lapang, dia bergumam. “Ehm, ning kene kyeeh sukete ijo-ijo nemen, pasti si genta dokoh mangane. (Ehm, di sini niih rumputnya hijau-hijau banget, pasti si genta lahap makannya)”.
Kemudian Laksito mulai mengambil kuda-kuda untuk membabat semua rumput yang ada di depannya. Sesekali Laksito mengusap keringat yang ada di dahi dengan punggung tangannya. Dia terus membabat rumput tanpa kenal lelah.
Setelah satu karung sudah penuh, Laksito seperti biasa beristirahat dibawah pohon yang rindang. Ditenggaknya air kendi yang dibawa dari rumah. Keringat bercucuran membasahi raut muka dan tubuhnya. Laksito setengah berbaring sambil mengipas-ngipaskan sebatang daun yang jatuh dari pohon.
Saat Laksito hendak memejamkan mata, dia melihat ada seekor ular poleng dengan bermahkota intan. Laksito jadi penasaran untuk mengikuti ular tersebut. Laksito berjalan pelan-pelan agar tidak terlihat oleh tersebut. Ular tersebut kemudian berhenti disebuah semak-semak. Laksito ikut berhenti. Matanya sangat serius memandangi ular poleng yang sedang melakukan pelepasan kulit.
Setelah beberapa menit, ular tersebut berhasil melepaskan kulit. Laksito mendekati tempat tersebut setelah ular itu pergi. Kemudian Laksito mengambil bekas kulit ulat poleng itu.
Laksito kembali ke tempat semula untuk melanjutkan pekerjaannya. Dua karung harus ia penuhi.
“Uhh, akhire kebek juga, balik ah, wis ngelih (Uhh, akhirnya penuh juga, pulang ah, sudah lapar).” Gumam Laksito sembari mengikat kedua.
Laksito beristirahat sebentar, kemudian pulang.
……………………ooo…………………….
“Bi, aku ngelih bi, pan mangan (Bi, aku laper bi, mau makan)” Seru Laksito.
“Lho To, kowen ning ndi! (Lho To, kamu di mana!)”. Teriak Bi Ojah karena terkejut.
“Nyong neng iringane Bibi! (Saya di samping Bibi!)” Kata Laksito heran.
“Aja guyon toh To… Bibi mboten weruh kowe neng kene…(Jangan bercanda dong To…Bibi tidak melihat kamu ada di sini)”. Kata bibi agak ketakutan.
“ Nyong neng kene Bi..(Aku di sini Bi…)”. Kata Laksito dengan memegang tangan Bibi Ijah.
Bibi Ojah kaget buka kepalang ketika dia merasakan ada tangan yang memegang tangannya tapi tidak terlihat. Bi Ojang langsung teriak masuk ke padepokan Kanjeng Bupati untuk mengadu.
Selang beberapa menit, Bi Ojang kembali ke dapur bersama Kanjeng Bupati.
“Neng endi Bi…?” (di mana bi…). Tanya Kanjeng Bupati penasaran atas cerita Bi Ojah.
“Ampun Kanjeng, suarane neng kene Gusti.” (Ampu Kanjeng, suaranya tadi di sini). Bi Ojang mencoba meyakinkan Kanjeng Bupati.
“Laksito! Kowen neng ndi?” (Laksito! Kamu di mana?). Teriak Kanjeng Bupati.
“Ampun Gusti Kanjeng, hamba neng kene, neng iringane Gusti.” (Ampun Tuan, saya di sini, di samping tuan). Jawab Laksito.
“Lho lho lho, ko kowen ora katon?” seru Kanjeng terperanjat sangat terkejut.
“Ampun Gusti, hamba ora ngerti”. Jawab Laksito bingung.
Sejenak Kanjeng Gusti Bupati merenung.
“ana kejadian apa sing kowen alami sedurunge kiye?”. Tanya Gusti Bupati.
Laksito terdiam sejenak mencoba berfikir.
“Oh iya Gusti, mau, sewaktu hamba luruh suket neng sawah, hamba weruh ula poleng sing endase ana intan mengkilat repan nglungsumi. Terus hamba perhatikna lan hamba jukut kulite”. Cerita Laksito atas kejadian tadi di sawah.
“Oh…kaya kuwe, terus kulite neng endi?” Tanya Gusti Kanjeng.
“Neng sake hamba”.
“Coba kowen tok na terus dokon ning meja”. Pinta Gusti.
“Nggih Gusti.” Laksito menuruti.
Benar juga, setelah kulit tersebut dikeluarkan dan diletakkan di meja, seketika tubuh Laksito terlihat. Ini membuat Bi Ojah yang sedari tadi diam, langsung terperanjat.
“Wah Laksito, kowen wis katon”. Teriak Bi Ojah.
Laksito tersenyum lega. Kanjeng Gusti Bupati mengangguk mengerti.
“To, kulit ula kuwe aku simpen”. Kata Gusti sambil telunjuknya menunjuk kulit ular tersebut memberi isyarat kepada Laksito untuk diambilkan dan kemudian diserahkan ke Gusti Bupati.
Dengan halus Laksito menolaknya.
“Ampun Gusti, kulit kiye ndeke hamba”.
“Pan nggo apa To, laka gunane denggo kowen.” Bujuk Gusti Bupati.
“Ampun Gusti, karena sing nemu aku, dadi aku sing berhak nduweni benda kiye”. Jawab Laksito.
“Laka gunane ning kowen, cepet wekena aku!”. Teriak Gusti memaksa Laksito.
“Ampun Gusti, hamba ora bisa”. Kekeh Laksito.
Kemudian terjadilah perebutan antara Gusti Bupati dan Laksito. Karena Laksito takut benda itu jatuh ke tangan Gusti Bupati, Laksito buru-buru memasukkan benda itu ke mulutnya, dan tanpa disengaja benda tersebut tertelan.
Gusti Bupati hanya bisa menahan emosinya, saat melihat benda itu tertelan. Perlahan-lahan tubuh Laksito menghilang.
“Maafna hamba Gusti, hamba wis wani karo Gusti”. Kata Laksito lirih.
Bupati menghela nafas panjang.
“Aku nyesel wis maksa kowen Laksito, sebenere memang kuwe hak-e kowen, tapi aku maksa, dadi akhire kaya kiye, aku nyesel, maafna aku Laksito.” Sesal Gusti Bupati. Lalu Gusti melanjutkan berkata; “Kiye mungkin wis takdire kowen Laksito, kowen wujude wis laka. Aku njaluk karo kowen, tolong kowen jaga rakyate aku yaiku rakyat Brebes. Karena kowen esih Jejaka lan mangan kulit ula poleng, dadi saiki kowen tak arani Jaka Poleng.
Cerpen C & P
Kang ryo
Acara televisi sore ini tak satupun membuat aku tertarik. Kalau sudah begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Tio bersama Sany kekasihnya, sahabatku Ricky entah kemana? Mall, bioskop ataupun perpustakaan, bukan tempat yang aku suka, apalagi mesti pergi sendirian.
mmm…Pantai.
Ya pantai. kayaknya hanya pantailah, tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian.
Kuambil jaket, lalu kusamber kunci dan pergi menuju garasi. Kukendarai mobil mama yang nganggur di sana. Papa dan mama lagi keluar kota, jadi aku bisa keluar dan mengendari mobilnya dengan leluasa.
Terik panas masih menyengat, walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun tak membuat manusia-manusia di Ibukota berhenti beraktivitas meskipun di bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet seperti biasanya. Dipenuhi mobil dari merek ternama ataupun yang sudah tak layak dikendarai.
Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelangannya.
Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan pengeluaran, bahkan untuk membeli jajan pasar.Walaupun tak seorang yang menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat dan akhirnya ada juga satu pembeli yang menuju arahnya.
Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Ricky. Kugosok-gosok mataku, menyakinkan pandanganku. Kutepikan mobilku, lalu aku berhenti di tepi jalan itu. Dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.
Ah…kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan untuk menyeberang jalan ini. Tapi akhirnya terkejar juga, dengan nafas tersengal-sengal, kujamah bahunya.
“Ky!” seruku tiba-tiba, sehingga membuatnya terkejut.
“Anda siapa?” tanya Ricky pura-pura tak mengenalku.
“Ky. Sekalipun kamu jadi gembel , aku akan tetap menggenalmu.” jelasku mendenggus kesal.
“Sudahlah, Sophia, jangan membuat aku terluka lagi.” tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.
“Ky…Ky…knapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku!” teriakku sekeras-kerasnya. Namun bayangan Ricky semakin menjauh dan akhirnya tak kelihatan.
***
Ricky, Tio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh besar, aku tetap mengganggap Ricky adalah sahabat terbaikku, tapi Ricky punya rasa berbeda dari persahabatan kami. Yang aku cintai adalah Tio. Ini yang membuat Ricky menjauhiku. Tapi yang Tio cintai bukan aku, tapi Sany, teman sekelasnya.
Cinta, sulit di tebak kapan dan di mana berlabuh!
Banyak orang tak bisa terima, jika cintanya ditolak, tapi bukankah cinta tak mungkin dipaksa?
Tak mendapatkan cinta Tio, tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan tetap menjadi sahabat baiknya. Walaupun ada sedikit rasa tidak puas, kadang rasa cemburu menganggu hati kecilku, saat kutahu untuk pertama kali, orang yang Tio cintai adalah orang lain.
Aku harus bisa menerima keputusannya , walaupun terasa berat . Bukankah, kebahagian kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup berbahagia, baik bersama kita atau tidak?
Tapi tidak dengan Ricky, dia lebih memilih, meninggalkanku, mengakhiri persahabatan manis kami. Pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan dipertemukan lagi.
Karena bagiku, cinta dan persahabatan adalah dua ikatan yang sama. Ikatan yang tak satupun membuat aku bisa memilih satu diantaranya.
***
Sudah seminggu, setiap hari, aku datang kepersimpangan ini. Berharap bisa melihat sosok Ricky lewat disekitar sini lagi. Tapi, Ricky hilang bagai ditelan bumi. Aku hampir putus asa.
Aku sudah capek menunggu, akhirnya aku bangun dan ingin beranjak pergi. Knapa tiba-tiba, indera keenamku, memberiku insting, kalau Ricky ada di sekitarku.
Kubalikan kepala, kulihat sosok Ricky setengah berlari menyeberang jalan di belakang posisiku. Aku berlari menggejar sosok itu. Kuikuti dia dari belakang. Aku pingin tahu dimana dia berada sekarang.
Akhirnya kulihat Ricky, masuk ke sebuah gang kecil, kuikuti terus , sampai akhirnya dia masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana.
“Knapa Ricky lebih memilih hidup disini, daripada di rumah megah orangtuanya?”
”Knapa dia, tinggalkan kehidupannya, yang didambakan banyak orang?”
”Knapa semua ini dia lakukan?”
“Knapa?”
Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku.
Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku dalam lamunanku, dengan pertanyaan-pertanyan yang jawabanya ada pada Ricky. Aku dikejutkan suara seekor anak anjing jalanan, yang tiba-tiba menggonggong.
Aku memberanikan diri memencet bel di depan rumahnya itu.
“Siapa?” terdengar suara dari balik pintu.
Aku diam, tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Ricky pelan-pelan membuka pintu. Nampak keterkejutannya saat melihatku, berada di depannya.
“Ky…boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.
“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini, segelas air putih.” ujarku lagi.
Tanpa bicara, Ricky mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk. Aku masuk keruangan tamu. Aku terpana, kulihat rumah yang tertata rapi. Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman. Kulihat serangkai bunga matahari plastik terpajang di sudut ruangan itu.
“Ricky, kamu tak pernah lupa, aku adalah penggagum bunga -bunga matahari.” gumanku.
Dan sebuah akuarium yang di penuhi ikan berwarna-warni, rumput-rumput dari plastik dan karang-karang di dalamnya. Ricky tahu betul aku penggagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dulunya, setahuku, kamu tak menyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabatan kami yang di bingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang di dinding ruang tamu ini.
Bulir-bulir air mataku, perlahan-lahan mulai tak mampu aku bendung. Aku benar-benar terharu dengan semua yang Ricky lakukan. Begitu besar cinta Ricky buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tahu, apakah pelukan ini adalah pelukkan seorang sahabat ataupun sudah berubah menjadi pelukan yang berbeda?
Ricky kaget, namun akhirnya dia membalas pelukanku, dan memelukku lebih erat lagi , seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir tak terbendung dalam hatinya.
Kami menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita, pengalaman kami masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya Ricky mengajakku makan, ke sebuah restoran kecil yang sering dikunjunginya seorang diri, di dekat rumahnya. Terdengar alunan tembang-tembang romatis , suasana hening, membuat kami terbuai dalam hangatnya suasana malam itu.
***
Sekarang Ricky sudah tahu, Tio sudah bersama Sany. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Sany juga telah menjadi anggota genk kami.
Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama, Sany adalah sosok yang sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat. Ah…menyesal aku tak mengenalinya lebih dalam sejak dulu.
“Ky , biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan muncul dari hatiku.” ujarku suatu hari, saat Ricky mengungkit masalah ini lagi.
“Oke, aku akan selalu menunggumu. Sampai kapapun. Karena tak akan ada seorangpun yang mampu membuatku jatuh cinta . Hanya kamu yang mampu membuat aku damai, tenang dan bahagia.” jelasnya panjang lebar
Sekarang aku memiliki tiga orang sahabat baik. Tak akan ada lagi hari-hariku yang kulalui dengan kesendirian, kesepian dan kerinduan.
Hampir setiap akhir pekan, kami menghabiskan waktu bersama, ke pantai, ke puncak ataupun hanya sekedar berkaroke di rumah sederhana Ricky. Hidup dengan tali persahabatan yang hangat, membuat hidup semakin berarti dan lebih bahagia.
***
Waktu berjalan begitu cepat. Tiga tahun sudah berlalu. Kebaikan-kebaikan Ricky mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan keberadaannya di sampingku. Rasa itu pelan-pelan tumbuh tanpa kusadari dalam hatiku.
Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan.
Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukannya. Membuat aku merasa, tak akan ada cinta laki-laki lain yang sedalam cinta Riky.
Sekarang Ricky bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahabat sejati dalam hidupku.
Cinta sejati
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang.
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia, karena cinta itu membangkitkan semangat,hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.
Aku mencintaimu wahai kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta.
Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan. Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku cintai…
Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta adalah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya.
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah senantiasa.
Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa memperolehinya kembali?
Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu.
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.
Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.
Bekerja dengan rasa cinta, bererti menyatukan diri dengan diri kalian sendiri, dengan diri orang lain dan kepada Tuhan. Tapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu? Bekerja dengan cinta bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan memakainya kelak.
Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya.
Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.
By Astry
Tips Mengetik 10 jari free
TIPS CARA NGETIK 10 JARI
Untuk melancarkan pekerjaan mengetik suatu dokumen , memang tak bisa dipungkiri keterampilan mengetik cepat harus dikuasai. Beberapa orang ada yang menciptakan tekniknya sendiri misalnya teknik 11 jari (maksudnya mengetik dengan dua jari telunjuk). Tapi karena terbiasa ,terkadang bisa lebih cepat dari orang yang bisa mengetik dengan 10 jari ( Semua jari berfungsi untuk mengetik).
NGETIK 10 JARI Prinsipnya gampang. Coba lihat dan praktekkan di keyboard anda…
Semua jari kita punya homebase,
yaitu deretan huruf tengah A-S-D-F-G-H-K-L-;.
Terkecuali jempol – Semua jari tangan kita, harus selalu nongkrong di situ, dan selalu kembali ke situ.
Dan ini Urut-urutannya :
Kelingking kiri di A
Jari manis kiri di S
Jari tengah kiri di D
Jari telunjuk kiri F
Jari telunjuk kanan di J
Jari tengah kanan di K
Jari manis kanan di L
Jari kelingking kanan di ; (titik koma)
Jempol kiri dan kanan selalu menggantung di atas spacebar, nunggu giliran mencet.
Supaya mudah menandai homebase, di tust F dan J selalu ada tonjolan kecil. Coba deh diraba.
Nah, dari homebase itu semua jari-jari kita bertugas mengetik huruf-huruf yang terdekat dengannya, yaitu di atas dan di bawahnya. -
Kelingking kiri dari A ke Q , 1 , dan Z , tab, capslock, shift, dan tust-tust lain di area kiri atas dan bawah -
Jari manis kiri dari S ke W, @ , dan X -
Jari tengah kiri dari D ke E, 3, dan C -
Jari telunjuk kiri dari F ke R, 4, V, dan G (di depannya) -
Jari telunjuk kanan dari J ke U, 7, M, dan H (di depannya) -
Jari tengah kanan dari K ke I, 8, dan , (koma)
Jari manis kanan dari L ke O,9, dan . – (titik)
Jari kelingking kanan dari ; ke P, -, dan /, enter kanan, dan tust-tust lain di area kanan atas dan bawah -
Kedua jempol paling ringan tugasnya, urusan spacebar aja.
Nah, prinsip kerjanya, setelah masing-masing jari ke atas ke bawah ngetik huruf-huruf yang musti diketik, harus selalu kembali ke homebase.